Wednesday 19 August 2020

dokter di Indonesia ,Fb: Aicha Mahavikri



Membaca kisah dokter umum yang harus kuliah lagi dan dokter import yang segera datang.

Dari pengakuan beliau yang seorang dokter, profesor di kelasnya pernah bilang bahwa dokter Indonesia bisa diagnosa suatu penyakit dalam hanya dengan ketuk-ketuk dada.

So, saya jadi ingin cerita tentang pengalaman saya dan suami berobat di Indonesia.

---

Sepuluh hari sebelum saya pulang ke Jerman di tanggal yang ditentukan, saya sakit di pinggang belakang sebelah kanan. Sakitnya menyengat dan pulsating, alias berdenyut.

Karena waktu itu sudah malam, saya coba tanya dokter via HaloDoc. Saya ceritakan keluhan dan dokter tersebut bilang saya mungkin kena usus buntu.

Tapi dokter HaloDoc bilang saya harus diperiksa lebih lanjut.

Oke, memang niat saya periksa besok.

Besoknya, saya langsung ke rumah sakit untuk periksa. Tapi sama dokter umum di sana, saya cuma ditanya-tanya gejalanya apa.

Lalu dokter bilang bahwa sakit pinggang itu asalnya dari punggung saya. Saya kegemukan, kata dokternya. Akhirnya disarankan obat pereda nyeri dan olahraga teratur sambil diet.

Suami saya, sebagai orang Jerman yang terkenal akurat dan nggak main-main soal kesehatan, jelas nggak terima diagnosa itu.

Suami tanya ke saya, "Kamu nggak dites? Kok bisa bilang diagnosanya ini?"

"Nggak", saya bilang. "Mau dikasi pereda nyeri sama suruh olahraga aja. Katanya sakit punggung karena aku kegemukan. Punggungku nggak kuat untuk nahan berat badan."

"Nggak mungkin," sanggah suami. "Ngapain ke rumah sakit kalau cuma dapat pereda nyeri. Kita kan bawa banyak ibuprofen sama paracetamol. Mintalah diperiksa. Aku nggak percaya. Minta tes darah lengkap, sekalian tes fungsi ginjal sama hati. Minta rontgen, sekalian tes urin."

Awalnya, saya nggak enak sama dokternya. Maklum orang Jogja kan nggak enakan. Tapi tetap saya bilang ke dokter untuk minta dites.

Lalu saya terkejut sama ucapan dokternya, "Tes-tes ini mahal lho, Mbak."

Saya balas tanya, "Berapa, Dok?"

"Pastinya saya kurang tahu. Coba tanyakan ke kasir soal harga tes-tesnya."

Karena saya malas jalan ke kasir dan karena nahan sakit, saya bilang, "Nggak apa-apa dok. Tes aja. Kami pakai asuransi, kok."

Akhirnya kami nunggu antrian dan dites. Setelah hasil keluar, barulah hasil diagnosa keluar dan dokter tersebut tahu benar darimana rasa sakit saya berasal.

Surprise surprise, sama sekali nggak ada urusan sama kelebihan berat badan, punggung, atau diet.

Setelah itu, saya dapat obat rawat jalan dan nggak lama setelahnya saya sembuh dari nyeri pinggang kanan.

---

Nah, karena kisah yang dibagikan oleh bu Dokter di suatu grup, saya jadi ingat pengalaman saya ini. Ternyata memang di Indonesia, beberapa diagnosa masih manual. Karena takutnya masyarakat nggak mampu bayar kalau pakai diagnosa modern.

Di kota-kota besar ada diagnostic center yang memang dilengkapi peralatan modern macam-macam. Harganya edun untuk masyarakat kita.

Sekali diagnosa bisa lima ratus ribu rupiah. Berat untuk UMR kota Jogja yang dua juta rupiah.

Kalau rencana kedatangan dokter impor seperti yang dikisahkan bu Dokter terjadi, maka biaya periksa dokter dan diagnosa akan semakin tinggi. Karena menurut pengakuan beliau, dokter impor kalau diagnosa harus pakai berbagai alat, yang tentunya nambah biaya.

Pilihannya apa?

Satu, diagnosa manual yang mungkin meleset tapi murah. 

Dua, diagnosa modern yang lebih akurat tapi mahal.

Buat rakyat bawah, dapetin diagnosa udah kaya ngegacha.

---

Lalu, bagaimana sistem layanan kesehatan di Jerman?

Sekedar informasi singkat saja. Kalau ada keluhan kesehatan, kamu harus pergi ke Hausarzt alias Dokter Umum. Di sana, kamu kisahkan keluhanmu.

Kalau masih di ranah dokter umum, bakal dapat pemeriksaan sampai ketemu sebabnya.

Kalau penyakitnya sudah di ranah dokter spesialis, maka akan dirujuk ke dokter spesialis.

Kalau dokter spesialisnya bilang perlu ke Rumah Sakit, barulah kesana dan dapat perawatan.

Tapi apapun keluhanmu, selama nggak emergency, wajib ke Hausarzt dulu. Baru nanti dirujuk ke spesialis.

Kalau darurat ya telpon saja 112. Kalau ngga dijemput mobil ambulans, ya dijemput helikopter. Lalu, dibawa ke rumah sakit.

Sistem kesehatan di Jerman semuanya 'gratis'. Kamu bayar asuransi tiap bulan sekitar tiga juta rupiah (EUR 200) dan kalau sakit, paling-paling bayar seratus lima puluh ribu (EUR 10) atau bahkan 'gratis-tis'.

Jadi, semua layanan kesehatan untuk masyarakat sama rata. Semua dapat prosedur yang sama.

Yah, bukannya saya mau bandingkan Indonesia dan Jerman. Saya kagum dengan dokter Indonesia yang masih mau merawat pasien meskipun bayarannya murah.

Ngomong-ngomong, tagihan periksa saya di RS Indonesia kemarin berkisar di lima ratus ribu rupiah. Termasuk murah mengingat saya dapat tes macam-macam.

Itupun dokternya masih peduli dengan keuangan saya.

Bayangin kalau posisi saya jadi dokter di Indonesia. Pasien saya orang kurang mampu, mungkin BPJS nunggak, dan dia perlu diagnosa.

Kalau diagnosa pakai alat, biayanya terlalu berat.

Kalau diagnosa tradisional, lebih murah tapi resikonya salah diagnosa.

Apalagi di masa pandemi di mana dokter adalah tentara yang harus maju duluan. Eh, masih dikatain pandemi ini hanya tipu-tipuan belaka.

Ah, malangnya dokter di Indonesiaku.

Thursday 13 August 2020

CARA MEMUTUS SIKLUS ANAK NAKAL

Saat ngopi bareng mas Dodik Mariyanto di teras belakang rumah, iseng-iseng saya buka obrolan dengan satu kalimat tanya:

"Mengapa anak baik biasanya semakin baik, dan anak nakal biasanya semakin nakal ya mas?"
Mas Dodik Mariyanto mengambil kertas dan spidol, kemudian membuat beberapa lingkaran-lingkaran.
"Wah suka banget, bakalan jadi obrolan berbobot nih", pikir saya ketika melihat kertas dan spidol di tangan mas Dodik.

Mas Dodik mulai menuliskan satu hadist:

*رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِد*ِ

“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua”

Artinya setiap anak yang baik, pasti membuat ridho orangtuanya, hal ini akan membuat Allah Ridho juga.

Tapi setiap anak nakal, pasti membuat orangtuanya murka, dan itu akan membuat Allah murka juga.

"Kamu pikirkan implikasi berikutnya dan cari literatur yang ada untuk membuat sebuah pola", tantang mas Dodik ke saya.
Waaah pak Dosen mulai menantang anak baik ya, suka saya.

Setelah membolak balik berbagai literatur yang ada, akhirnya saya menemukan satu tulisan menarik yang ditulis oleh kakak kelas mas Dodik, yaitu mas Dr. Agus Purwanto DSc. di sana beliau menuliskan bahwa anak nakal dan anak baik itu bergantung pada ridho dan murka orangtuanya.

Akhirnya kami berdua mengolahnya kembali, membuatnya menjadi siklus anak baik (lihat gambar siklus 1) dan siklus anak nakal ( lihat siklus 2)

Siklus Anak Baik ( siklus 1)
Anak Baik -> orangtua Ridho -> Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak makin baik.

Siklus Anak nakal ( siklus 2)
Anak Nakal -> orangtua murka -> Allah Murka -> keluarga tidak berkah -> tidak bahagia -> anak makin nakal

Kalau tidak ada yang memutus siklus tersebut, maka akan terjadi pola anak baik akan semakin baik, anak nakal akan semakin nakal.

Bagaimana cara memutus siklus Anak Nakal?ternyata kuncinya bukan pada anak melainkan pada ORANGTUANYA.
Anak Nakal -> ORANGTUA RIDHO ->Allah Ridho -> keluarga berkah -> bahagia -> anak jadi baik.

Berat? iya, maka nilai kemuliaannya sangat tinggi. Bagaimana caranya kita sebagai orangtua/guru bisa ridho ketika anak kita nakal?
ini kuncinya:

*َإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ*

Bila kalian memaafkannya...menemuinya dan melupakan kesalahannya...maka ketahuilah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 64:14).

Caranya orangtua ridho adalah menerima anak tersebut, memaafkan dan mengajaknya dialog, rangkul dengan sepenuh hati, terakhir lupakan kesalahannya.

Kemudian sebagai pengingat selanjutnya, kami menguncinya dengan pesan dari Umar bin Khattab:

Jika kalian melihat anakmu/anak didik mu berbuat baik, maka puji dan catatlah, apabila anakmu/anak didikmu berbuat buruk, tegur dan jangan pernah engkau mencatatnya.
Umar Bin Khattab

 saya dapat do'a seperti ini, artinya:

"Ya Allah, aku bersaksi bahwa aku ridho kepada anakku (dg menyebutkan nama anak) dg ridho yang paripurna, ridho yg sempurna dan ridho yg paling komplit. Maka turunkanlah ya Allah keridhoan-Mu kepadanya demi ridhoku kepadanya."

Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah anak belum tau.

Tidak ada anak nakal, yang ada hanyalah orang tua yang tak sabar.

Tak ada anak nakal, yang ada hanyalah pendidik yang terburu-buru melihat hasil

Semoga bermanfa'at
Barakallahu fiikum...
silahkan share jika bermanfaat...

Tulisan ini ditulis oleh ibu septi peni wulandani founder institut ibu profesional, istri dari bapak Dodik Mariyanto 

Semoga bermanfaat.

Wednesday 12 August 2020

MEMBELI KERINGAT GURU

Baca alon Alon. Renungkan, sbg memori. 
Mengenang sekolah dulu.

Dalam sebuah diskusi, seorang murid bertanya kepada gurunya,

Murid : "Jika memang benar para guru adalah orang-orang yang pintar, mengapa bukan para guru yang menjadi pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan orang-orang kaya raya itu?

Gurunya tersenyum, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia masuk ke ruangan nya, dan keluar kembali dengan membawa sebuah timbangan.

Ia meletakkan timbangan tersebut diatas meja, dan  berkata : " Anakku, ini adalah sebuah timbangan, yang biasa digunakan untuk mengukur berat emas dengan kapasitas hingga 5000 gram".

"Berapa harga emas seberat itu? "

Murid mengernyitkan keningnya, menghitung dengan kalkulator dan kemudian ia mejawab,

"Jika harga satu gram emas adalah 800 ribu rupiah, maka 5000 gram akan setara dengan 4 milyard rupiah,"

Guru : "Baik lah anakku, sekarang coba bayangkan seandainya ada seseorang yang datang kepadamu membawa timbangan ini dan ingin menjualnya seharga emas 5000 gram, adakah yang bersedia membelinya?"

Murid berkata : "Timbangan emas tidak lebih berharga dari emasnya, saya bisa mendapatkan timbangan tersebut dengan harga dibawah dua juta rupiah, mengapa harus membayar sampai 4 milyar?"

Guru menjawab : "Nah, anakku, kini kau sudah mendapatkan pelajaran, bahwa kalian para murid, adalah seperti emas, dan kami adalah timbangan akan bobot prestasimu, kalianlah yang seharusnya menjadi perhiasan dunia ini, dan biarkan kami tetap menjadi timbangan yang akurat dan presisi untuk mengukur kadar kemajuanmu. "

Guru berkata lagi, "Satu lagi pertanyaanku. Jika ada seseorang datang kepadamu membawa sebongkah berlian ditangan kanannya dan seember keringat di tangan kirinya, kemudian ia berkata : "Ditangan kiriku ada keringat yang telah aku keluarkan untuk menemukan sebongkah berlian yang ada ditangan kananku ini, tanpa keringat ini tidak akan ada berlian, maka belilah keringat ini dengan harga yang sama dengan harga berlian"

"Apakah ada yang mau membeli keringatnya? "

"Tentu tidak." Ujar guru lagi.

"Orang hanya akan membeli berliannya dan mengabaikan keringatnya. Biarlah kami, para guru, menjadi keringat itu, dan kalianlah yang menjadi berliannya."

Sang murid menangis, ia memeluk gurunya dan berkata : "Wahai guru, betapa mulia hati kalian, dan betapa ikhlasnya kalian, terima kasih guru. Kami tidak akan bisa melupakan kalian, karena dalam setiap kemajuan kami, setiap kilau berlian kami, ada tetes keringatmu..."

Guru berkata : "Biarlah keringat itu menguap, mengangkasa menuju alam hakiki disisi ilahi rabbi, karena hakikat akhirat lebih mulia dari segala pernak-pernik di dunia ini."

* Untuk semua guruku, termasuk guru ngajiku. Terima kasih atas segenap perjuanganmu yang telah mendidikku. Barakallahu....

By *Satria Hadilubis*

Tuesday 11 August 2020

🌺🌏 BAHAN RENUNGAN: BUNGA KEHIDUPAN DUNIA 🌺🌏



▫ Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, 

قال: (وَلا تَمُدَّنَ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا) أي: لا تنظر إلى أهل الدنيا وما متعوا به من النعيم، ومن المراكب، والملابس، والمساكن، وغير ذلك. فكل هذا زهرة الدنيا، والزهرة آخر مآلها الذبول واليبس والزوال، وهي أسرع أوراق الشجرة ذبولاً وزوالاً، ولهذا قال: زهرة، وهي زهرة حسنة في رونقها وجمالها وريحها ـ إن كانت ذات ريح ـ لكنها سريعة الذبول، وهكذا الدنيا، زهرة تذبل سريعاً، نسأل الله أن يجعل لنا حظاً ونصيباً في الآخرة.

"Firman Allah ta'ala, 

وَلا تَمُدَّنَ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجاً مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia." QS. Thaha : 131

Maknanya, jangan perhatianmu tertuju pada ahli dunia dan kenikmatan yang ada pada mereka berupa kendaraan-kendaraan, pakaian, rumah-rumah, dan lain-lainnya. Karena semua ini hanyalah bunga kehidupan dunia.

Bunga akan berujung pada layu, mengering, lalu gugur. Bunga ialah bagian daun pohon yang paling cepat layu dan gugur. Karenanya Allah membahasakan [ kenikmatan dunia ] dengan 'bunga'. 

Dia bunga yang memang benar elok rupanya, indah wujudnya, wangi aromanya -bila dia jenis yang memiliki aroma- akan tetapi cepat layunya. Demikian pula dengan dunia, dia mirip seperti bunga yang sangat cepat layunya." (Syarah Riyadhus Shalihin, III/45)