▪️ Imam Nawawi rahimahullah berkata,
قَالَ العلماءُ: التَّوْبَةُ وَاجبَةٌ مِنْ كُلِّ ذَنْب، فإنْ كَانتِ المَعْصِيَةُ بَيْنَ العَبْدِ وبَيْنَ اللهِ تَعَالَى لا تَتَعلَّقُ بحقّ آدَمِيٍّ فَلَهَا ثَلاثَةُ شُرُوط:
أحَدُها: أنْ يُقلِعَ عَنِ المَعصِيَةِ.
والثَّانِي: أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فِعْلِهَا.
والثَّالثُ: أنْ يَعْزِمَ أَنْ لا يعُودَ إِلَيْهَا أَبَدًا. فَإِنْ فُقِدَ أَحَدُ الثَّلاثَةِ لَمْ تَصِحَّ تَوبَتُهُ.
Para ulama menjelaskan, wajib bertaubat dari segala jenis dosa. Jika kemaksiatan itu terjadi antara seorang hamba dengan Allah saja, tidak terkait dengan hak orang lain, maka untuk bertaubat harus memenuhi tiga syarat,
- Pertama, berhenti dari kemaksiatan yang dilakukan,
- kedua, menyesali karena telah melakukan kemaksiatan tersebut,
- ketiga, bertekad tidak akan mengulangi perbuatan maksiat itu selama-lamanya.
Jika salah satu dari tiga syarat di atas ada yang tidak terpenuhi maka taubatnya tidak sah.
—————————————————————————————
▪️ Imam al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata,
استغفارٌ بلا إقلاع توبةُ الكذّابين
"Beristighfar tanpa meninggalkan maksiat ialah taubatnya para pendusta." (Al-Adzkar, hlm. 622)
Menyesali dosa juga dapat tercermin dari tangisan ketika mengingatnya.
▪️ Imam Malik bin Dinar berkata,
البكاءُ على الخطيئة يحطُّ الخطايا كما تحطُّ الريحُ الورقَ اليابسَ
"Menangisi dosa akan menggugurkan kesalahan, seperti angin yang menggugurkan daun-daun kering." (Jami' al-Ulum wa al-Hikam, II/501)