Mendobrak paradigma.
Banyak yang masih mengira jika manusia hanya bisa menggunakan glukosa sebagai bahan bakar hidup, banyak yang masih menyangka jika manusia tidak mampu hidup tanpa makan karbohidrat, banyak yang masih menganggap jika keton itu racun dalam tubuh manusia, banyak yang masih menyangka jika kolesterol dan lemak dalam tubuh manusia adalah penyebab masalah patologis manusia.
Berabad-abad kita dikenalkan, mempelajari dan meyakini hal ini menjadi suatu kebenaran. Bahwa manusia, hanya mampu hidup menggunakan metabolisme glukosa. Suatu doktrin yang sudah menjadi paradigma dan kebudayaan yang kuat. Ketika benteng paradigma ditembus oleh perbedaan, maka terjadi Shock Culture yang cukup massive hingga menjadi issu yang sensitif.
Adalah Galileo Galilei, seorang ilmuwan, astronom dan fisikawan. Galileo menemukan fakta jika bumi adalah bulat dan matahari sebagai pusat tata surya, penemuan ini bertentangan dengan ajaran Aristoteles dan keyakinan gereja bahwa bumi adalah datar dan pusat alam semesta. Pandangannya tersebut dianggap merusak iman dan diajukan ke pengadilan gereja Italia tanggal 22 Juni 1633.
Pemikirannya tentang bumi adalah bulat dan matahari sebagai pusat tata surya membuatnya dihukum dengan pengucilan (tahanan rumah) hingga meninggalnya. Baru pada tahun 1992 Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu adalah salah, dan dalam pidato 21 Desember 2008, Paus Benediktus XVI menyatakan bahwa, Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan.
Ketika Sains diketemukan dengan segala perubahannya, mengapa harus ada suatu keyakinan yang hak dan harus dipertahankan?
Jika sejarah masa lalu membuat manusia semakin pintar dan maju dimasa sekarang, itu karena masa lalu..masa lalu yang penuh kesalahan dan dari kesalahan manusia belajar.
Kita berjalan menentang arus dan mencoba mendobrak paradigma yang sudah membudaya. Kita perkenalkan pada manusia jika, glukosa bukanlah satu-satunya sumber energi yang bisa dipakai manusia dan tanpa glukosa manusia bisa mati. Namun keton, pun bisa digunakan sebagai bahan bakar hidup dan terbukti membuat manusia menjadi jauh lebih berkualitas dan unggul.
Tidak mudah berjalan melawan arus. Orang yang memutuskan hidup dengan metabolisme lemak dan menggunakan keton sebagai bahan bakar energinya dianggap aneh, cibiran mulai berdatangan, hujatan, hingga dianggap sesat dan menganiaya diri sendiri.
Lalu dimana hikmah yang bisa kita ambil dalam sejarah Galileo Galilei? Atau kita memang tidak punya kemampuan untuk melihat hikmah karena terlalu tertutup oleh ego diri?
Karena pada kenyataannya, saat ini..banyak sekali manusia yang menggunakan metabolisme lemak dan keton sebagai sumber energi hidup di dalam otaknya tersebar diseluruh dunia. Para ketoers di Indonesia saat ini masih harus berjibaku melawan arus, menjadi anti mainstream dengan semua resiko cibiran, hinaan, makian, hingga hujatan, ketoers harus menanggulangi tekanan secara psikologis dari dalam ( saat healing crisis perbaikan tubuh) dan dari luar ( berjalan melawan arus kebanyakan)
Warriors...
Menuju perubahan yang lebih baik, menjadi manusia yang jauh lebih unggul dan mampu beribadah kepada Tuhan dengan kondisi jasad yang jauh lebih berkualitas untuk melakukan perannya dimuka bumi. Be brave, be strong, be humble, spread knowledges with love..
*EB*
Reference:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7554586
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0002934354903654
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1550413116306556
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0952327803002217
https://journals.physiology.org/doi/full/10.1152/ajpheart.00646.2012?fbclid=IwAR3jn333FyskOhHyXYHgiVcBgHV7-h2JpvuVKTr6ZLoTSAouRP-2LnJVsQQ
No comments:
Post a Comment