Sunday, 6 September 2020

komorbiditas

#identifikasi_Komorbiditas
.
Komorbiditas (Comorbidity) saat ini terlihat sebagai satu faktor penunjang utama kontribusi fatalitas tinggi di kondisi pandemi COVID-19.. 
Untuk menurunkan fatalitas ini, maka Komorbiditas juga harus ditekan..
.
Dari pembahasan publik di Zoom yang sudah diikuti di banyak lintas grup komunitas medis dan laboratorium..
ada korelasi erat antara Komorbiditas ini dan tingkat fatalitas korban pandemi COVID-19..
.
Apa itu Komorbiditas..?
"Komorbiditas" (kata benda) dan "Komorbid" (kata sifat) artinya penyakit penyerta; sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya.
Dalam Bahasa Indonesia sederhana sama artinya dengan Komplikasi (medis), yaitu kondisi di mana dua penyakit atau lebih hadir secara bersama-sama.
Definisi yang lebih luas menggambarkan kata ini bahwa yang hadir selain penyakit utamanya tidak selalu harus berbentuk penyakit tapi juga bisa berupa perilaku yang mengarah kepada gaya hidup tidak sehat.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Komorbiditas)
.
Melihat termin di atas, terutama di statement terakhir "..tidak selalu harus berbentuk penyakit..",
maka kita tidak bisa lagi hanya 'menunggu' Vonis diagnosa dokter, baru melakukan tindakan perubahan ataupun tindakan pencegahan..
karena kondisi Komorbiditas yang dialami masing-masing orang bisa jadi sudah bersifat SEVERE (akut) dan AKUMULATIF TINGGI..
.
Salah satu parameter lab sederhana untuk men-screening ini adalah HbA1c..
Parameter Lab yang mengukur seberapa banyak Glucose (Gula Darah) terikat dengan molekul Haemoglobin (Hb) di sel darah merah..
dan pengukuran ini mewakili kondisi terikatnya Glucose di sel-sel seluruh tubuh selain sel darah merah. Makin tinggi angka HbA1c, makin tinggi potensi dan resiko semakin terikatnya Glucose di sel-sel lain dalam tubuh kita yang secara signifikan akan menurunkan fungsi kerja nya di dalam tubuh
.
Apa hubungan nya dengan fatalitas di COVID-19..?
Tidak lain karena cara kerja virus COVID-19 di dalam tubuh saat me-replikasi dirinya (berkembang biak) ini adalah dengan menggunakan secara FULL (bahan bakar) Glucose..
dan kondisi dimana HbA1c tinggi adalah lingkungan IDEAL bagi virus COVID-19 untuk bisa sangat cepat melakukan replikasi secara masif..
.
Mengapa immune kita tidak bisa merespons 'serangan' COVID-19..?
Karena kondisi tinggi Glucose di dalam tubuh (HbA1c tinggi) juga terbukti secara klinis justru 'melemahkan' response Immune (Adaptive) yang diperlukan untuk mengatur kondisi Inflamasi yang dihasilkan dari response Immune (Innate) supaya tidak berkepanjangan yang mengarah pada kondisi Immunopathology..
Bisa dibuktikan secara hasil lab dimana ratio NLR (Netrophil Limfosit Ratio) yang meningkat tajam di kondisi pasien yang positif COVID-19, dan juga nilai ratio CD4/CD8 kecil yang mengindikasi kan kondisi Lymphopenia..
.
Jadi pastikan screening awal HbA1c menjadi patokan awal untuk MULAI mengambil tindakan pencegahan mandiri..
.
"Apapun diet atau pola hidup yang kita lakukan, jika masih menghasilkan angka HbA1c yang relatif tinggi, itu berarti apa yang kita makan masih berkontribusi menyumbang tingginya Glucose di Darah, apapun nama makanan nya"
.
Jangan tunggu vonis HbA1c tinggi baru mengambil tindakan..
Mulailah waspada dan ambil tindakan pencegahan sedini mungkin..!
.
#a_step_for_global_awareness
#dare_to_declare
#lowcarblifestyle
.
hasil rangkuman TFH 150420
(Immuno Risk Profile to identify Silent Comorbidity)

No comments:

Post a Comment