🛺🚃🛺🚃
بِسْمِ اللَّهِ، وَالْحَمْدُ للَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُونَ}
الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي؛ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
"Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat).
Segala puji bagi Allah (3x),
Allahu akbar (3x),
Maha Suci Engkau, ya Allah! Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau."
-SHAHIH- (Shahih Abu Dawud) HR. Abu Dawud (2602), at-Tirmidzi (3446)
Tentang waktu membaca doa/dzikir ini,
▪️ Asy-Syaikh Sa'id al-Qahthani rahimahullah menerangkan,
استحباب قول هذا الذكر عند ركوب أي مركب دابة أو سيارة أو طائرة أو غير ذلك من وسائل النقل ويكون قول: (بسم الله) عند وضع الرجل في الركاب أما عند الاستقرار في وسيلة النقل فيقال هذا الدعاء.
"Dianjurkan membaca dzikir ini pada saat menaiki kendaraan, baik kendaraan berupa hewan, mobil, pesawat, atau alat transportasi lainnya. Ucapan bismillah dilakukan ketika meletakkan kaki (saat hendak naik) di kendaraan. Lalu pada saat sudah duduk, barulah dia membaca dzikir ini." (Ithaf al-Muslim, hlm. 1374)
CATATAN:
Perlu diingat, bahwa hukum membaca doa ini ialah sunnah, sehingga bukan menjadi keharusan untuk membaca dzikir di atas secara keseluruhan. Jika ingin mencukupkan dengan membaca,
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُون
"Maha Suci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat)."
Maka juga boleh.
Doa ini tidak hanya dibaca sekali saat awal kali keberangkatan. Tapi tiap kali dia menaiki kendaraannya kembali, maka dianjurkan untuk membacanya lagi.
▪️ Asy-Syaikh Muhammad al-Utsaimin berkata,
ظاهر القرآن أن الإنسان كلما ركب على البعير، أو السيارة، أو السفينة، أو القطار، أن يقول: ﴿سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ ۞ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ﴾[الزخرف:13-14].
"Lahiriah ayat Al-Qur'an menunjukkan bahwa tiap kali seseorang menaiki hewan tunggangan, mobil, kapal, atau kereta, maka dianjurkan untuk membaca,
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنقَلِبُون
"Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat)." QS. Az-Zukhruf: 13-14 (Liqa-at al-Bab al-Maftuh, no. 5)
No comments:
Post a Comment