Tuesday, 26 May 2020

JIKA PUASA SUNNAH MELEMAHKAN DARI IBADAH ATAU KEGIATAN YANG LEBIH PENTING

Ada keterangan menarik dari Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali, 

▪️ beliau rahimahullah berkata, 

فأفضل الصيام أن لا يضعف البدن حتى يعجز عما هو أفضل منه من القيام بحقوق الله تعالى أو حقوق عباده اللازمة. فإن أضعف عن شيء من ذلك مما هو أفضل منه كان تركه أفضل 

فالأول: مثل أن يضعف الصيام عن الصلاة أو عن الذكر أو عن العلم كما قيل في النهي عن صيام الجمعة ويوم عرفة بعرفة أنه يضعف عن الذكر والدعاء في هذين اليومين. وكان ابن مسعود يقل الصوم ويقول: إنه يمنعني من قراءة القرآن وقراءة القرآن أحب إلي فقراءة القرآن أفضل من الصيام نص عليه سفيان الثوري وغيره من الأئمة. وكذلك تعلم العلم النافع وتعليمه أفضل من الصيام وقد نص الأئمة الأربعة على أن طلب العلم أفضل من صلاة النافلة والصلاة أفضل من الصيام المتطوع به فيكون العلم أفضل من الصيام بطريق الأولى... 

والثاني: مثل أن يضعف الصيام عن الكسب للعيال أو القيام بحقوق الزوجات فيكون تركه أفضل 

"Puasa sunnah yang paling utama ialah yang tidak menyebabkan fisik melemah untuk menjalankan;

- hak-hak Allah,
- dan hak hamba-hamba Allah yang bersifat wajib.

Apabila menjalankan puasa sunnah dapat mengakibatkan fisiknya melemah untuk menjalankan hak Allah dan hak para hamba yang hukumnya lebih utama maka akan lebih baik jika dia tidak berpuasa. 

Contoh untuk yang pertama [berkaitan hak Allah], ialah jika puasa melemahkan dari ibadah shalat, dzikir, atau yang terkait dengan ilmu agama, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian ulama tentang hikmah dilarangnya berpuasa sunnah pada hari Jum'at dan hari Arafah bagi yang yang berada di Arafah (jamaah haji), yaitu karena puasa dapat melemahkan tubuh dari berdzikir dan berdoa di dua hari tersebut (hari Jum'at dan hari Arafah). 

Abdullah bin Mas'ud ialah termasuk yang jarang berpuasa sunnah. 

▫️ Beliau menjelaskan, 'Jika berpuasa, saya menjadi tidak kuat membaca Al-Qur'an. Sedangkan membaca Al-Qur'an lebih saya sukai.' [- SANADNYA SHAHIH- Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah (Al-Mushannaf, 8909)] 

Hal itu karena membaca Al-Qur'an lebih utama daripada puasa sunnah, sebagaimana ditegaskan oleh Sufyan ats-Tsauri dan selain beliau dari kalangan para imam. 

Demikian pula amalan mengkaji ilmu yang bermanfaat dan mengajarkannya, ini juga lebih utama daripada puasa sunnah. Imam yang empat telah menjelaskan bahwa mengkaji ilmu agama lebih utama daripada shalat sunnah. Sedangkan shalat sunnah lebih utama dari puasa sunnah. Sehingga sisi lebih utamanya ilmu daripada puasa sunnah tentu jadi lebih mesti lagi... 

Contoh keadaan kedua [berkaitan hak sesama], seperti jika puasa dapat membuat lemah dari bekerja untuk memberi nafkah pada keluarga, atau dari memenuhi hak-hak para istri. Dalam kondisi ini yang lebih utama ialah tidak berpuasa." (Latha'if al-Ma'arif, hlm. 125)
 
Perlu diingat kembali penjelasan awal beliau di atas, 'Puasa sunnah yang paling utama ialah yang tidak menyebabkan fisik melemah dari..'. 

Dari sini, kita mendapatkan dua pelajaran penting dari penjelasan beliau di atas;

Pertama, ketika seseorang bisa menghimpun antara puasa sunnah dengan amalan lainnya tentu ini sangat baik. 

Kedua, saat puasa sunnah mengakibatkan perkara yang lebih utama terbengkalai maka yang afdal tidak berpuasa sunnah. Jangan memaksakan diri untuk tetap melakukannya. 

Penjelasan yang mirip dengan keterangan Ibnu Rajab juga bisa kita dapatkan di asy-Syarh al-Mumti' (VI/472), meski dengan konteks yang sedikit berbeda. Hanya kepada Allah kita memohon petunjuk.

No comments:

Post a Comment