Wednesday, 7 June 2017
MENGGAPAI KESALIHAN SOSIAL
@ Cahyadi Takariawan
Puasa Ramadhan bukan saja memberikan hasil berupan kesalihan individu, namun akan menghasilkan pula kesalihan sosial. Sebuah masyarakat yang diwarnai oleh nilai-nilai kesalihan.
Masyarakat dan bangsa yang ‘berpuasa’ adalah masyarakat dan bangsa yang memiliki sifat dan sikap kehati-hatian dalam kehidupan. Sebuah masyarakat dan bangsa yang bertaqwa, yang selalu menunaikan ketaatan dan terjauhkan dari keburukan serta kezaliman.
Kondisi seperti itu bukanlah utopis, karena pernah ada contoh dalam sejarah keemasan Islam. Coba kita perhatikan kesalihan masyarakat pada zaman terdahulu, saat dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar. Waktu itu Umar bin Khathab diangkat menjadi kadi untuk menyelesaikan persoalan di antara masyarakat.
Suatu saat, Umar beraudiensi dengan Khalifah Abu Bakar seraya mengajukan usulan, "Sudah lama aku memegang jabatan kadi dalam pemerintahanmu ini, namun tidak banyak orang yang mengadukan permasalahannya kepadaku. Karena itu sekarang aku mengajukan permohonan agar dibebaskan dari jabatan ini."
Abu Bakar terkejut atas usulan Umar ini.
"Mengapa engkau mengajukan permohonan ini? Apakah karena beratnya tugas tersebut, ya Umar?" tanya Khalifah.
"Tidak, ya Khalifah. Akan tetapi, aku sudah tidak diperlukan lagi menjadi kadinya kaum mukminin. Mereka semua sudah tahu haknya masing-masing sehingga tidak ada yang menuntut lebih dari haknya. Mereka juga sudah tahu kewajibannya sehingga tidak seorang pun yang merasa perlu menguranginya. Mereka satu sama lain mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya. Kalau salah seorang tidak hadir, mereka mencarinya," jawab Umar.
"Kalau ada yang sakit, mereka menjenguknya; kalau ada yang tidak mampu, mereka membantunya; kalau ada yang membutuhkan pertolongan, pasti mereka segera menolong; dan kalau ada yang terkena musibah, mereka menyampaikan duka cita. Agama mereka adalah nasihat".
"Akhlak mereka adalah amar makruf dan nahi munkar. Karena itulah tidak ada alasan bagi mereka untuk bertengkar," tambah Umar.
Ungkapan Umar di atas menggambarkan bagaimana kesalihan masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Sedemikian bagus mereka dalam berinteraksi, seakan-akan tidak ada lagi yang perlu dipermasalahkan.
Jabatan kadi yang diemban Umar tidak lagi memiliki peran karena masyarakat sudah memiliki kesalihan individu dan kesalihan sosial.
Mereka saling menjaga satu dengan yang lainnya, sehingga tercipta kehidupan yang harmonis.
Sesungguhnyalah puasa Ramadhan akan mampu melahirkan kesalihan sosial yang membuat masyarakat hidup dalam kedamaian, hidup dalam ketenangan dan terjauhkan dari berbagai kerusakan.
Sangat indah apabila seluruh masyarakat muslim yang menjalankan ibadah Ramadhan mampu menangkap hikmah besar dari setiap aktivitas ibadahnya, karena mereka ini yang menjadi jumlah terbesar bangsa Indonesia.
Apabila ibadah puasa, tarawih, tadarus Al Quran, i’tikaf dan berbagai aktivitas ibadah Ramadhan dilakukan dengan sepenuh penghayatan, pasti akan meningkatkan ketakwaan.
Apabila takwa meningkat, kehidupan akan diwarnai oleh kehati-hatian. Satu sama lain akan saling menjaga dan menguatkan dalam kebenaran dan kebaikan, tidak akan mencurangi atau menzalimi.
Betapa indahnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment